-->
News Update :

Qiyadah Selalu terbuka Menemui Kita

Namanya Agung Nugroho. Seorang aktivis dakwah yang tinggal di Danurejan,
Yogyakarta. Dia bukan pengurus teras PKS, dia hanya seorang kader biasa,
sama seperti kader lainnya. Namun dia memiliki semangat yang luar biasa
besarnya untuk terlibat dalam upaya mencerdaskan masyarakat Indonesia
melalui membaca. Sejak tahun 2003 Agung mendirikan Pustaka Keliling Adil,
yang dia jalankan sendiri dengan penuh dedikasi.



Dengan sepeda motor miliknya, ia membawa buku-buku dan hadir ke tengah
masyarakat Jogja. Ia meminjamkan buku itu secara gratis kepada siapapun yang
memerlukannya. Ya benar, gratis. Padahal ia mengeluarkan biaya untuk
mengoleksi buku, merawat, dan membawanya dengan motor ke tengah masyarakat.
Ternyata antusias masyarakat demikian besar. Ini yang menjadikan Agung
bertambah semangat.

Ia ingin menambah jumlah buku dan sarana yang lebih memadai untuk membawa
buku-bukunya agar bisa semakin menjangkau banyak kalangan masyarakat. Maka
ia membuat brosur berisi profil Pustaka Keliling Adil, dan berharap akan
bisa dibagikan kepada para anggota legislatif saat acara Mukernas PKS di
Yogyakarta bulan Februari 2011 yang lalu. Lebih-lebih, ia berharap bisa
bertemu dengan para qiyadah PKS yang akan hadir pada Mukernas tersebut.
Tapi, mungkinkah ? Ia sadar siapa dirinya.

Ia tidak tahu bagaimana bertemu ustadz Hilmi, ustadz Luthfi atau ustadz
Anis. Ia bukan orang senior, juga bukan pengurus teras, apa mungkin diberi
waktu dan kesempatan bertemu para qiyadah tersebut ? Kalaupun para qiyadah
membuka diri untuk bertemu semua kader, namun pasti ada protokoler tertentu
yang membuatnya tidak akan mudah bertemu para qiyadah. Apalagi kalau
alasannya karena akan mengajukan proposal, pasti tidak mudah. Tapi
keinginannya sangat kuat untuk bertemu langsung dengan para qiyadah.

Ia berpikir keras, bagaimana cara bertemu para qiyadah tanpa merepotkan
pihak protokoler? Lesehan di Malioboro, itu momentum yang mungkin bisa
mempertemukan dirinya dengan para qiyadah. Ya, mungkin itu momentumnya.

Jumat 25 Februari 2011, para peserta Mukernas PKS beserta para qiyadah akan
makan lesehan di Malioboro, sebagai salah satu acara ramah tamah dengan
masyarakat Yogyakarta. Agung telah siap di Malioboro tempat digelar makan
lesehan itu jam 16.30, padahal acara baru akan dimulai jam 19.30. Ia tidak
mau kehilangan momentum itu. Ia datang awal untuk melihat seting tempat dan
mengetahui dimana tempat duduk para qiyadah. Benar, ia menemukan satu tempat
VVIP yang nantinya akan menjadi lokasi makan para qiyadah dan pejabat
penting di lingkungan PKS, seperti para Menteri dari PKS.

Ia menunggu di sekitar lokasi VVIP, sambil membagi brosur Pustaka Keliling
Adil kepada para peserta yang mulai berdatangan di lokasi acara. Sore
menjelang maghrib, hujan turun dengan cukup deras. Agung tetap setia menanti
hadirnya para qiyadah yang dijadwalkan tiba jam 19.30. Ia mengerjakan shalat
maghrib di mushalla sekitar acara, dan bersegera kembali berjaga ke tempat
semula. Namun betapa terkejut, ketika usai shalat maghrib ia menjumpai
tempat VVIP tersebut sudah dijaga dengan ketat oleh Kepanduan.

Ia gelisah, bagaimana cara ia akan masuk ke sana ? Ia tidak peduli. Ia tetap
saja berdiri di sekitar lokasi VVIP. Hingga waktu Isya tiba, ia segera ke
mushalla untuk menunaikan shalat. Usai shalat Isya ia kembali ke lokasi
acara, dan lebih terkejut lagi karena tempat VVIP sudah penuh diisi para
qiyadah dan pejabat PKS, dengan pengawalan yang tampak sangat ketat.
Bagaimana ia bisa masuk dan bergabung ? Mana mungkin akan diizinkan, sedang
ia bukan panitia Mukernas, bukan pengurus teras PKS, bukan siapa-siapa di
lokasi acara itu. Ia hanya seorang Agung, yang sangat ingin bertemu para
qiyadah.

Ia menatap dari kejauhan. Tiba-tiba matanya tertuju kepada sekelompok
pengamen yang diizinkan mengamen di lokasi VVIP. Segera ia menuju ke
kerumunan pengamen Malioboro yang tengah menghibur tamu VVIP, dan berdiri di
antara para pengamen. Subhanallah, ternyata tak ada yang mempermasalahkan.
Pihak panitia mungkin mengira ia adalah bagian dari kelompok pengamen, pihak
pengamen mungkin mengira ia panitia. Jadi ia aman saja ikut beraksi di
tengah pengamen.

Acara ramah tamah di tempat VVIP berjalan lancar, hingga tiba saat makan
malam lesehan. Agung masih saja berdiri bersama para pengamen, dan belum
mengetahui bagaimana cara bertemu para qiyadah itu. Ia melihat ustadz Hilmi
Aminudin, ustadz Luthfi Hasan Ishaq, ustadz Sukamta, ustadz Zuhrif Hudaya
dan para ustadz lainnya tengah duduk bercengkerama dengan akrab dan santai,
sembari menikmati sajian lesehan Malioboro. Namun ia tidak berani maju untuk
menyapa. Ia "hanya" kelompok pengamen, saat itu.

Cukup lama ia berada di tengah para pengamen, sejak kedatangan para tamu
VVIP, hingga kini acara makan malam sudah selesai dan para tamu bersiap
hendak meninggalkan lokasi acara, kembali ke tempat Mukernas. Ia tetap tidak
tahu bagaimana bisa menyapa ustadz Hilmi dan ustadz Luthfi. Ia tetap saja
berdiri di tengah para pengamen.

Tidak dinyana, ustadz Zuhrif Hudaya memanggilnya. Ya, tentu saja ustadz
Zuhrif mengenalnya, karena ia kader Jogja. Ustadz Zuhrif berencana akan maju
Pilkada Walikota Jogja. Ternyata ustadz Zuhrif meminta untuk memotret di
tempat itu, bersama para qiyadah. Senang sekali Agung mendapat kesempatan ke
depan. Segera ia maju dan menerima kamera ustadz Zuhrif untuk memotret.
Jepret, jepret, jepret...... Ia memotret ustadz Hilmi, ustadz Luthfi, dan
para qiyadah lainnya, termasuk para menteri dari PKS.... Luar biasa senang
hatinya.

Hatinya berdegub kencang. Saat memotret itu, ia tepat berada di depan ustadz
Hilmi dan ustadz Luthfi ! Masyaallah, tak pernah terbayang ia akan berada
dalam jarak sedekat ini dengan para qiyadah. Sungguh, ia tidak pernah
membayangkan mendapat kesempatan istimewa seperti ini. Tanpa dipikir
panjang, usai memotret ia mengeluarkan brosur Pustaka Keliling Adil, dan
langsung ia serahkan kepada ustadz Hilmi, ustadz Luthfi, dan semua tamu VVIP
yang ada di lokasi itu. Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaha illallah,
wallahu akbar ! Ternyata brosur itu diterima para qiyadah, dan langsung
dibaca !

Ia tidak percaya. Sungguh, ia melihat sendiri ustadz Hilmi dan ustadz Luthfi
membaca brosur itu ! Masyaallah......

Lebih terkejut lagi, tidak berapa lama ustadz Sukamta, ketua DPW PKS DIY,
melambaikan tangan kepadanya, isyarat agar ia mendekat. Segera ia datang di
depan ustadz Sukamta, ustadz Hilmi dan ustadz Luthfi. Inilah saat itu. Ya,
inilah saat yang ditunggu-tunggu. Untuk pertama kalinya ia berjabat tangan
dengan ustadz Hilmi dan ustadz Luthfi. Senang sekali hatinya, tak bisa
dilukiskan dengan kata-kata....

Ustadz Sukamta mengenalkan dirinya dengan ustadz Hilmi dan ustadz Luthfi,
serta para ustadz lainnya. Kemudian ia diminta menceritakan Pustaka Keliling
Adil yang dikelolanya. Sangat bersemangat ia mendapat kesempatan langka ini.
Segera ia cerita segala yang dilakukan, membawa buku-buku dengan sepeda
motor, dan mendatangi masyarakat untuk meminjamkan buku dengan gratis kepada
mereka.

Ustadz Hilmi dan ustadz Luthfi mendengar dengan seksama.

"Jadi antum membawa buku itu dengan motor biasa ?" tanya ustadz Hilmi.

"Iya ustadz. Itu fasilitas yang saya punya", jawab Agung.

"Insyaallah saya akan bantu antum dengan dua motor khusus seperti yang antum
perlukan", kata ustad Hilmi.

Setengah tidak percaya ia mendapat respon yang secepat itu. "Benar ustadz ?"
tanya Agung seperti tidak percaya.

"Iya benar", jawab ustad Hilmi.

"Masyaallah, terimakasih ustadz, jazakallah khairan katsira", ungkap Agung
sangat gembira.

Belum selesai terkejutnya, tiba-tiba ustadz Luthfi menyodorkan sejumlah uang
kepadanya. "Ini untuk antum Agung", kata ustadz Luthfi sembari menyerahkan
dana lima juta rupiah.

"Ini untuk apa ustadz ?" tanya Agung.

"Untuk membeli buku, melengkapi koleksi buku antum", jawab ustadz Luthfi.

"Masyaallah, terimakasih ustadz. Jazakallah khairan katsira", jawab Agung.

Luar biasa gembira hatinya. Luar biasa gelora jiwanya. Tak mengira bisa
bertemu, berjabat tangan dan berbicara langsung dengan para qiyadah.
Ternyata bukan sekedar bisa bertamu, bahkan mendapatkan hadiah yang sangat
diperlukan untuk mengembangkan perpustakaan kelilingnya. Subhanallah,
walhamdulillah, walaa ilaha illallah, wallahu akbar !

Singkat saja pertemuan di tempat VVIP itu, namun sangat berkesan baginya.
Acara selesai, para tamu kembali ke acara Mukernas di Hotel Sheraton
Yogyakarta. Agung pulang dengan hati yang sangat berbunga-bunga..... Tak
pernah terbayang akan bertemu peristiwa seperti itu dalam hidupnya.

Terbayang ia akan segera bisa melengkapi buku-buku perpustakaannya, dan
memiliki dua unit motor khusus untuk pustaka keliling. Subhanallah,
walhamdulillah, walaa ilaha illallah, wallahu akbar !

Ia seakan masih tidak percaya, ketika hari Ahad 27 Februari 2011, ia
dipanggil ke Hotel Sheraton Yogyakarta, tempat berlangsungnya rangkaian
acara Mukernas PKS. Tahukah antum, ke ruang apa ia dipanggil ? Ya, ia
dipanggil ke ruangan ustadz Hilmi. Benar-benar tak pernah terbayang oleh
benaknya. Bercita-cita saja tidak berani, untuk bertemu ustadz Hilmi di
ruangan beliau saat acara Mukernas.

Saat ia masuk, di dalam ruang telah menunggu ustadz Hilmi, ustadz Luthfi,
dan beberapa pengurus teras DPW PKS DIY. Untuk kedua kalinya, ia bertemu dan
berjabat tangan dengan para qiyadah ini, setelah dua hari sebelumnya bertemu
di lesehan Malioboro.

Dalam kesempatan itu ustadz Hilmi memberikan dana Rp. 42 juta rupiah untuk
membeli dua motor untuk Pustaka Keliling Adil. Inilah mimpi yang cepat
sekali terealisasikannya. Ia tidak mengira akan secepat ini proses bantuan
yang dijanjikan saat bertemu di Malioboro. Dan ternyata diserahkan langsung
oleh ustadz Hilmi, di ruang beliau saat Mukernas PKS di Yogyakarta.

Subhanallah, walhamdulillah, walaa ilaha illallah, wallahu akbar !

Namanya Agung Nugroho. Seorang kader dakwah yang tinggal di Danurejan,
Yogyakarta. Dia bukan pengurus teras PKS, dia hanya seorang kader biasa,
sama seperti kader lainnya. Namun dia memiliki semangat yang luar biasa
besarnya untuk bertemu para qiyadah, dan Allah mengabulkan keinginannya.

Lewat kisah ini Agung Nugroho ingin kembali menyampaikan ucapan terima kasih
kepada ustadz Hilmi Aminudin dan ustadz Luthfi Hasan Ishaq. Dana itu kini
telah berujud dua Motor Pintar Pustaka Keliling Adil, dan menjadi tambahan
koleksi buku. Jazakumullah khairal jaza' para qiyadah, yang telah berkenan
bertemu dan mendengarkan aktivitas seorang kader biasa, bahkan memberikan
bantuan yang sangat diperlukan. Insyaallah sangat bermanfaat untuk program
pencerdasan masyarakat Indonesia.

Akmal Sjafril, ST., M.Pd.I.
Share this Article on :

0 komentar:

Post a Comment

 
© Copyright PKS CIBARUSAH 2010 -2013 | Published by Borneo Templates | Redesign by KADER PKS CIBARUSAH.